Kenapa Disebut Habib?

Fot para Habaib

"Kenapa Disebut Habib!!!! "

Habib adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung dengan Rasulullah Saw (cucu). Di samping sebutan habib, ada pula sebutan syarif dan sayyid.


Menjadi keturunan Rasulullah Saw merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang dikehendakinya, tentunya disertai dengan amanah yang besar pula di pundak mereka.

Ada keistimewaan khusus yang diberikan Allah kepada keturunan Rasulullah Saw, yakni mereka wajib untuk dicintai. Allah swt menyatakan dengan tegas :

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى

Katakanlah (hai Muhammad), “Aku tak minta balasan apapun pada kalian atas semua ini (sampainya islam pada kalian) kecuali mawaddah (cintailah) kerabat (ku)”.

Perintah mencintai keluarga Nabi Saw langsung datang dari Allah swt (pembuat syari’at) kepada Nabi Saw.

Tidak ada pilihan lain selain patuh kepada Allah SWT dan rasul-Nya

وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا

Tidaklah sepantasnya bagi mukmin dam mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu perkara, kemudian mereka masih menawar. Barang siapa membangkang pada Allah dan Rasul-Nya maka benar-benar sesat dengan sejelas-jelasnya.

Adilkah bila Allah menyuruh kita secara khusus mencintai anak cucu Nabi Saw?
Sangat adil. Tanpa Nabi Muhammad Saw kita tak akan jadi orang islam. Semua adalah buah kegigihan dakwah Rasulullah saw:

ووصفه بالظالم استحالا

Mensifati Allah dengan ketidak adilan, adalah sesuatu yang mustahil.
Ada pepatah "ada gula, ada semut". Ada yang mendapat karunia, tentu saja ada yang hasud
Orang-orang yang hasud senantiasa berupaya menghilangkan jejak yang ditinggalkan Rasulullah Saw dengan berbagai cara:

Pertama, dengan mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak mempunyai keturunan (abtar), karena tak seorang pun anak laki-laki yang dimiliki Rasulullah hingga dewasa dan memberikan cucu untuk beliau Saw
Peristiwa ini sudah terjadi sejak Rasulullah masih hidup. Allah Swt langsung membantah anggapan abtar ini dengan ayat :

ان شانئك هو الابتر

Berhentikah para penghina nabi dengan ayat allah tersebut? Ternyata tidak. Mereka berkata, “Muhammad hanya mempunyai anak perempuan. Dengan demikian putuslah keturunannya”
Benarkah demikian?

Ternyata tidak. Justru Sayyidah Fathimah Ra merupakan sebuah pengecualian istimewa. Bila manusia pada umumnya nasab adalah dari garis keturunan laki-laki, anak cucu nabi nasabnya bersambung dengan fathimah

Dengan tegas Nabi bersabda :

كُلُّ نَسَبٍ وَسَبَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا سَبَبِي وَنَسَبِي

Tiap-tiap nasab dan sebab (persaudaraan karena hubungan nikah) akan terputus kecuali sebabku dan nasabku.

Kedua, upaya pembantaian anak cucu nabi yang terjadi di Karbala, Irak. Untuk kesekian kalinya Allah swt menyelamatkan anak cucu nabi. Lagi-lagi, doa nabi saw bahwa nasabnya tak akan terputus terbukti.

Ketiga, mencoba menuduh anak cucu Nabi sebagai mudda’i (cuma ngaku-ngaku, padahal bukan) upaya ini kita saksikan hingga hari ini. Biasanya, ini dilakukan oleh Yahudi untuk mengelabui umat agar tidak lagi cinta pada habaib, kalau bisa malah membencinya
Upaya-upaya mereka dapat kita amati dengan jelas, misalnya dengan mengadu domba antara sesama habaib. Nasehat habib asli kepada habib palsu. Habib asli antara lain : fulan, fulan ,..dst.

Tak mempan. Jalankan rencana B. semua habib-habib itu kalau ditest, DNA nya gak akan sama. Sampai di sini kedok mereka mulai terbongkar. Antara satu ucapan dengan ucapan lain saling berbenturan. Tadi mereka bilang habib asli, apa sudah melakukan test DNA? Yang mereka vonis sebagai habib palsu, apa mereka juga sudah test DNA dan menyatakan DNA mereka tidak sama?

Walhasil, masalahnya bukan terletak dalam test DNA atau tidak. Habaib yang sekarang hidup di Indonesia, rata-rata adalah keturunan ke 36, 37 atau ke 38 rasulullah saw. Mungkinkah melacak DNA mereka satu demi satu hingga Rasulullah?

Boleh dibilang wacana test DNA adalah mengada-ada, karena mereka yang berkoar-koar palsu tak punya secarik pun kertas hasil test DNA.

Kedua, bagi seorang muslim, ancaman dosa bagi mereka yang mengaku-ngaku keturunan Nabi sudah cukup menakutkan dibanding sekedar test DNA. Kalaupun ada orang tertipu karena memuliakan habib yang ternyata palsu, itupun sama sekali tidak masalah. Allah maha mengetahui bahwa dalam hatinya, orang tersebut berniat menghormati keluarga Nabi Saw. Yang menipu tetap mendapat dosa, yang tertipu, tetap mendapat pahala.

Keempat, upaya memanfaatkan sisi kekurangan orang untuk menjatuhkan nasab.
Ada seorang pendusta (gelarnya ustadz) berkata, “Kalau memang dia anak cucu nabi, ya harus persis sama nabi dong. Kalau tidak berarti dia cuma ngaku-ngaku.” Pernyataan ini seakan-akan benar. Namun terselip banyak kedustaan di dalamnya. Tak ada satupun rumus yang menyatakan cucu = kakek, kakek=buyut. Ketidak samaan cucu dengan kakek itu hal lumrah. Anak belum tentu sama dengan bapak. Itu yang pertama.

Kedua, habib, sekalipun mereka cucu Nabi, adalah manusia biasa. Bukan malaikat yang tanpa dosa. Tidak ma’shum. Dalam hukum, Allah tak pandang bulu. Salah tetap salah. Membuat rumus bahwa habib tidak boleh salah jelas keliru. Tidak lantas karena berbuat kesalahan kemudian nasab mereka menguap dan kemudian berintisab pada orang lain.

Ketiga, sikap muslim pada muslim lainnya adalah saling mengingatkan. Tak ada salahnya kita mengingatkan seorang habib. Namun perlu diingat mencintai mereka tetap menjadi kewajiban

Keempat, ingatlah bahwa Nabi Saw saat pernikahan Fathimah dengan Ali, beliau berdo’a :

اللهم بارك فيهما وعليهما وأخرج منهما الكثير الطيب

Ya Allah berkahilah keduanya dan keluarkan dari mereka keturunan yang banyak dan baik
Doa Nabi tak akan tertolak, keturunan Nabi sekalipun dulu tinggal ali zainal abidin, ternyata menjadi banyak. Demikian pula yang masih belum terbuka hatinya, dgn idzin Allah suatu saat mereka akan menjadi baik, berkah do’a Nabi

Wahai pencela anak cucu nabi, bila kalian takut pada allah dan beriman pada hari akhir, segeralah bertaubat, sekalipun hanya dari dalam hati.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Baca juga: Islam, Papua dan Resolusi Konflik

1 Komentar untuk "Kenapa Disebut Habib?"

  1. HABIB merupakan gelar mulia untuk KETURUNAN HUSSEIN bin Ali bin Abi Thalib (Muhsin Labib)

    Tidak ada istilah atau sebutan Keturunan Rasullullah atau keturunan ahlul bait atau keturunan nabi apa lagi sebutan KETURUNAN MUHAMMAD (QS. 19:58).

    Selanjutnya, jika definisi Muhsin Labib digunakan maka timbul pertanyaan lalu bagaimana dengan Keturunan Hassan bin Ali bin Abi Thalib?

    Lebih lanjut, sebenarnya jika kita berdalil pada Al Quran maka istilah KETURUNAN AHLUL BAIT atau KETURUNAN NABI atau KETURUNAN RASUL tidak ada disebut sama sekali.

    Jangankan ketiga istilah itu, sebutan KETURUNAN MUHAMMAD saja tidak di-abadi-kan di dalam Al Quran. Kenapa ada sebagian umat Muslim ada yang berani mengaku-ngaku sebagai pewaris keturunan ahlul bait, keturunan nabi atau keturunan rasul???

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Banner iklan disini