Hukum Merenggangkan Shaf Sholat dan Memakai Masker Saat Sholat di Tengah Wabah Corona

Hukum Merenggangkan Shaf Sholat dan Memakai Masker Saat Sholat di Tengah Wabah Corona

Beritaislam - Pengutip dari pakar Hadist Ustadz Yuana Ryan Tresna pengasuh Khadimussunnah

Merenggangkan Shaf

Merenggangkan atau membuat jarak shaf antara jamaah tidak mengapa dalam kondisi mengharuskan "social distancing" seperti sekarang. Dalam madzhab Syafi'i, rapatnya shaf hukumnya adalah sunnah, dan renggang adalah makruh. Artinya tidak membuat shalat berjamaah menjadi tidak sah.
Simak ulasan dari Dr. Labib Najib sbb:


سأل عدد الفضلاء عن صحة الصلاة بالشكل الموجود في الصورة؟
فأقول مستعينا بالله تعالى: تصح صلاتهم، فقد ذكر سادتنا الشافعية - رحمهم الله تعالى - أنه لو اجتمع الإمام والمأموم في المسجد صح الاقتداء بشرط علم المأموم بانتقالات الإمام وعدم تقدمه - أي: المأموم - على إمامه في الموقف، وهذا متوفر في الصورة.
ولكن هل تحصل لهم فضيلة الجماعة؟
- عند الشهاب الرملي: نعم.
- و عند ابن حجر: لا، وعبارته في المنهج القويم مع المتن: (ويستحب تسوية الصفوف والأمر بذلك لكل أحد وهو من الإمام بنفسه أو مأذونه آكد للاتباع، مع الوعيد على تركها، والمراد بها إتمام الأول فالأول، وسدُّ الفرَج وتحاذي القائمين فيها .. فإن خولف في شئ من ذلك كُره) انتهى
قال الترمسي معلقا على كلامه (٤/٤١): (أي: وفاتته فضيلة الجماعة عند الشارح، وعند الشهاب الرملي: كل مكروهٍ من حيث الجماعة مفوِّتٌ لفضيلتهاإلا تسوية الصفوف) انتهى.
وقد ذكر ذلك العلامة باعشن رحمه الله تعالى في بشرى الكريم (ص٣٦٢).
وانظر للفائدة المنهل النضاخ مسألة رقم (٣٦٢) أيضاً.
#أقول تفقهًا: لعل الكراهة تزول عند عند العلامة ابن حجر الهيتمي رحمه الله تعالى إذا كان ثَمَّ حاجة لذلك، والله أعلم.
#لبيب_نجيب


Ketika beliau ditanya mengenai renggangnya shaf adalah masuknya syetan.

"Bingung z....bukankah klw renggang gt setan jg bisa ikut sholat jg lah....bukankah sebelum sholat kita bersuci dahulu....bukankah untuk mencegah nya diharuskan cuci tangan dulu dsbnya....Enggak faham sy....malah buat bingung....dinegara yg sdg bergejolak karena konflik perang....shaf sholat rapat padat penuh orang sholat berjamaah...."

Beliau menjawab:

Ini masalah fiqih. Silahkan kaji lagi. Fiqih dasar in sya Allah. Kan di penjelasan di atas sdh jelas. Hadits ttg masuk syetan, hanya menunjukkan hukumnya makruh kalau ada renggang, tetapi tetap shalat jamaahnya sah. Kalau konflik kan tdk ada masalah dempetan. Ini justru masalahnya menghindari dempetan. Kalau dalam kondisi perang bahkan ada shalau khauf, tidak harus hadap qiblat.

Kata Imam an-Nawawi rapatnya shaf adalah sunnah, renggangnya adalah makruh,

.... وقد اتفق أصحابنا وغيرهم على استحباب الصف الأول والحث عليه..... وعلى استحباب يمين الإمام وسد الفرج في الصفوف....
المجموع، ٥/ ٣٤٩

******

Shaff Sholat ditengah wabah korona

Di lain kesempatan mengenai hukum memakai atau menggunakan masker saat sholat di tengah wabah corona dari Ustadz yang tingal di Jogjakarta Ammi Nur Baits

Memakai Masker saat wabah corona



Hukum Shalat Memakai Masker

Bolehkah shalat dengan memakai masker? Mengingat sekarang lagi musim debu dan asap. Mohon penjelasannya.

Jawab :

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du.
Para ulama sepakat bahwa menutup mulut dalam shalat hukumnya makruh. Baik bagi laki-laki maupun wanita.

(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 52652)
Dihukumi makruh, mengingat adanya larangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

نا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، ثنا عَبْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ الْمُبَارَكِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ، عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَحْوَلِ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ، وَأَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ "

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isa; Telah menceritakan kepada kami
Abdullah —yaitu Ibnu Al Mubarak—, dari Al Hasan bin Dzakwan, dari Sulaiman Al Ahwal, dari 'Atha', dari Abu Hurairah,

"Bahwa Rasulullah melarang memakai cadar ketika shalat dan melarang seorang laki-laki menutup mulutnya."

(HR. Ibnu Khuzaimah no. 917)

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ سُفْيَانُ بْنُ زِيَادٍ الْمُؤَدِّبُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَاشِدٍ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ فِي الصَّلَاةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Sufyan bin Ziyad Al Mu`addib berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rasyid dari Al Hasan bin Dzakwan dari 'Atha` dari Abu Hurairah ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang menutup mulutnya ketika shalat."
(HR. Ibnu Majah no. 966)

أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ، عَنْ سُلَيْمَانَ الأَحْوَلِ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ السَّدْلِ فِي الصَّلاَةِ، وَأَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ

Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin Sufyan dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Hibban bin Musa dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abdullah dari Al Hasan bin Dzakwan, dari Sulaiman Al Ahwal, dari 'Atha', dari Abu Hurairah,
"Bahwa Rasulullah melarang sadl (memanjangkan pakaian hingga menyeret tanah) dalam shalat, dan juga melarang laki-laki nenutup mulut (ketika shalat)."

(HR. Ibnu Hibban no. 2353)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ ذَكْوَانَ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَحْوَلِ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ إِبْرَاهِيمُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ وَأَنْ يُغَطِّيَ الرَّجُلُ فَاهُ
قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ عِسْلٌ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-'Ala` dan Ibrahim bin Musa dari Ibnu Al-Mubarak dari Al-Hasan bin Dzakwan dari Sulaiman Al-Ahwal dari 'Atha` berkata Ibrahim dari Abu Hurairah,

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang menjulurkan pakaian dalam shalat dan melarang seseorang menutupi mulutnya (dengan kain)."

Abu Dawud berkata; Diriwayatkan oleh 'Isil dari 'Atha` dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang menjulurkan pakaian ketika shalat.

(HR. Abu Daud no. 643)

Tindakan menutup mulut atau hidung disebut dengan istilah talatsum [arab: التلثم].
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Nafi,

عن نافع، عن ابن عمر: «أنه كره أن يتلثم الرجل في الصلاة»

Dari Nafi’ dan Ibnu Umar, bahwa beliau membenci seseorang melakukan talatsum ketika shalat.
(Al-Mushannaf, no. 7306)

عن سعيد بن المسيب، وعكرمة: «أنهما كرها أن يتلثم الرجل في الصلاة»

Dari Said bin Musayib dan Ikrimah bahwa keduanya membenci seseorang melakukan talatsum ketika shalat.
(Al-Mushannaf, no. 7307)

عن طاوس: «أنه كره أن يصلي الرجل متلثما»

Juga dari Thawus, bahwa beliau membenci seseorang shalat dengan talatsum.
(Al-Mushannaf, no. 7308)

عن الحسن: «أنه كره للرجل أن يصلي متلثما»

Kemudian dari Hasan Al-Bashri bahwa beliau membenci seseorang shalat dengan talatsum.
(Al-Mushannaf, no. 7310)

Makruh dan Tidak Membatalkan Shalat

Artinya jika ada orang yang melakukannnya ketika shalat, shalatnya sah dan tidak perlu diulangi, sekalipun dia lakukan secara sengaja.

Imam An-Nawawi rahimahullah menegaskan,

ويكره أن يصلي الرجل متلثما أي مغطيا فاه بيده أو غيرها… وهذه كراهة تنزيه لا تمنع صحة الصلاة

"Makruh seseorang melakukan shalat dengan talatsum, artinya menutupi mulutnya dengan tangannya atau yang lainnya…. Makruh disini adalah makruh tanzih (tidak haram), tidak menghalangi keabsahan shalat."
(Al-Majmu’, 3/179)

Makruh menjadi Mubah

Diantara kaidah yang ditetapkan para ulama dalam Ushul Fiqh,

الكراهة تندفع مع وجود الحاجة

“Hukum makruh menjadi hilang, jika ada kebutuhan.”

Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah mengatakan,

أجمعوا على أن على المرأة أن تكشف وجهها في الصلاة والإحرام، ولأن ستر الوجه يخل بمباشرة المصلي بالجبهة والأنف ويغطي الفم، وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم الرجل عنه. فإن كان لحاجة كحضور أجانب فلا كراهة، وكذلك الرجل تزول الكراهة في حقه إذا احتاج إلى ذلك

"Para ulama sepakat bahwa wanita harus membuka wajahnya ketika shalat dan ihram, karena menutup wajah akan menghalangi orang yang shalat untuk menempelkan dahi dan hidungnya, dan menutupi mulut. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang lelaki untuk melakukan hal ini. Namun jika ada kebutuhan, misalnya ada banyak lelaki non mahram, maka hukumnya tidak makruh. Demikian pula lelaki, hukumnya menjadi tidak makruh jika dia butuh untuk menutupi mulutnya."

(Dinukil dari Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 1/432)
Bagi mereka yang sedang dilanda musibah asap, shalat dengan menggunakan masker, hukumnya mubah,

Apalagi ditengah virus corona?

Allahu a’lam



[beritaislam.org]

Belum ada Komentar untuk "Hukum Merenggangkan Shaf Sholat dan Memakai Masker Saat Sholat di Tengah Wabah Corona"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Banner iklan disini