Penemu Bibit Padi Unggul IF8 Dibui, Rezim Tak Pernah Serius Ri'ayah Rakyat

Tengku Munirman Penemu Bibit Padi Unggul IF8 Dibui

Oleh: Mamik Laila S.Pd
(Praktisi Pendidikan)

Tengku Munirwan, kepala desa Meunasah Rayeuk, kecamatan Nisam Aceh Utara yang telah berjasa menemukan jenis bibit padi unggung IF8 telah dijebloskan penjara alias dibui. Pasalnya penemu IF8 ini diduga memproduksi dan mengedarkan benih padi yang tidak memiliki sertifikat produksi atau tidak berlabel (www.desapedia.id/26/7/2018).


Temuan dan pengembangan benih padi ini harusnya memperoleh apresiasi istimewa, bukan malah dipersekusi. Namun tak seperti nyatanya. Penemu benih padi IF8 ini, harus meringkuk dipenjara. Padahal dengan adanya inovasi ini semakin banyak permintaan masyarakat akan bibit padi IF8 ini. Dan nyata dari bibit padi ini semakin meningkatkan hasil panen. Aneh bin ajaib, hanya persoalan administrasi tega memangkas kreatifitas rakyat. Tentunya masalahnya tidak sesederhana itu.

Paradigma keliru yang dipake oleh rezim semakin memunculkan wajah aslinya. Rezim sekuler demokrasi tak pernah ingin masyarakatnya memiliki inovasi dan kreatifitas. Demokrasi hanya mementingkan tuannya. Siapapun yang berharap pada demokrasi, maka sebenarnya dia telah gagal di awal. Demokrasi yang konon pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Hanya sebatas slogan kosong tanpa isi. Rakyat tetap gigit jari.

Inovasi yang telah dikembangkan oleh Munirwan harusnya mendapat sambutan baik, namun anehnya pengembang bibit unggul padi ini harus dibui. Kalau mau menyesuaikan dengan konsep demokrasi harusnya, kembali lagi pada rakyat. Dan pemerintah memberi kesempatan selebar-lebarnya untuk pengembangannya. Tidak hanya beredar di sekitar Aceh Utara saja. Namun bisa bersaing dengan produk-produk luar negeri yang sekarang semakin menjamur. Persaingan pasar global.
Secara ekonomi, bibit unggul yang menghasilkan panen yang bagus akan menjadikan stok beras Indonesia. Hasil panen itu bisa digunakan untuk kebutuhan rakyat Indonesia. Indonesia tak perlu import, apalagi import beras. Rakyat juga tidak perlu membayar mahal bahan pokok beras. Tidak seperti sekarang, banjir import bahan-bahan kebutuhan sehari-hari.

Namun yang seperti itu tidak diharapkan oleh pemilik demokrasi, siapa mereka? Mereka yang telah mendukung naiknya penguasa ditampuk kekuasaan. Siapa lagi kalau bukan korporasi. Maka, adanya inovasi dinegeri ini akan menjadi penghalang mereka mendapatkan keuntungan yang banyak. Mereka tidak akan pernah memberi kesempatan rakyat, selain mereka untuk ikut bersaing dalam pasar mereka. Mereka tidak akan ridho, kalau rakyat mengambil pasar strategis mereka. Mereka tidak akan bisa mengatur harga jika mereka kalah dalam persaingan. Apalagi produk bahan pokok, seperti padi. Otomatis ini, tidak akan pernah diberi ruang untuk tumbuh dan berkembang.

Sejak jaman dahulu, Indonesia adalah negara yang menjadi target jajahan para imperialis. Para penjajah sangat mengetahui posisi strategis Indonesia. Dan mereka tidak ingin memberi kebebasan pada Indonesia, tanah air tercinta. Dan itu terus berlangsung hingga sekarang.

Islam datang membebaskan penjajahan. Sistem Islam lah yang mampu memberi ruang pada rakyatnya. Sistem Islam akan memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk ilmuwan dan peneliti. Pada zaman keemasan, kekhikafahan Islam para sarjana Muslim telah memperkenalkan adas manis, kayu manis, cengkeh, kamper, sulfur, serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan. Menurut Turner, ilmuwan Barat umat Islam-lah yang mendirikan warung pengobatan pertama. Para ahli farmakologi Islam juga termasuk yang pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan pembuatan sirup dan julep (https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ln8wsi)

Selain itu, Pemerintah Muslim pun turun mendukung pembangunan di bidang farmasi. Rumah sakit milik pemerintah yang ketika itu memberikan perawatan kesehatan secara cuma-cuma bagi rakyatnya juga mendirikan laboratorium untuk meracik dan memproduksi aneka obat-obatan dalam skala besar.

Secara periodik, pemerintah melalui pejabat dari Qodhi Muhtasib, mengawasi dan memeriksa seluruh toko obat dan apotek. Selain mengawasi obat-obatan. Qodhi ini juga akan mengawasi jalannya pasar. Barang-barang perdagangan yang melebihi kebutuhan maupun yang kurang bisa karena penimbunan atau yang lain. Maka Qodhi muhtasib akan mengaturnya, sehingga keseimbangan harga akan terus terjaga.

Tidakkah mau mencoba dan beralih pada sistem Islam dalam naungan Khilafah yang akan mensejahterakan? Tentunya akan memberi ruang kepada para penemu dan akan memberi apresiasi kepadanya. Wallahua’lam.[]

Tengku Munirwan adalah penembu bibit beras atau padi unggung IF8, Bibit Inbrida hanya menghasilkan panen di bawah 8 ton per hektar. sedangkan bibit padi unggul IF8 temuan Tengku Munirman menghasilkan paling kecil 10 ton

Posting Komentar untuk "Penemu Bibit Padi Unggul IF8 Dibui, Rezim Tak Pernah Serius Ri'ayah Rakyat"

Banner iklan disini