Ahmad Khozinudin – Sastrawan Politik
Disaat para Ulama & pengemban dakwah sibuk ingin mengajak umat memakmurkan Masjid, disaat orang tua berlomba menitipkan anaknya ke pesantren, disaat semua ingin memiliki karakter mulia yang smart, ber-Akhlakul Karimah, Good Looking, Menag malah mengeluarkan ujaran yang menista, ujaran yg menyakiti hati dan perasaan umat Islam.
Menag, tanpa berfikir, menyebut yang rajin ke Masjid, yg Hafidz Qur’an, berakhlak “Good Looking” sbg Radikal. Entah, parameter apa yg jadi rujukan.
Sejak dilantik Menag memang sering bicara radikalisme. Sudah kayak menteri urusan radikalisme saja. Tentu, radikalisme yang tendensius, yg memojokkan Islam, ajaran Islam & umatnya.
Awalnya Menag sebut Khilafah ajaran terlarang, meminta ASN yg menganut Khilafah untuk mundur atau dipecat. Sadar bahwa tak ada UU, putusan pengadilan atau fatwa MUI yg melarang Khilafah, kini Menag menjual narasi radikalisme. Sehingga, meski tak dilarang semua calon ASN wajib steril dari Khilafah.
Aneh memang Menag ini, bisa dikatakan Menag ini menteri asal mangap. Asal bicara, tidak berfikir atas kebenaran & dampak bicarannya.
Coba, apa masalahnya pandai bahasa Arab? Bukankah bahasa Arab bahasa Al Qur’an? Bahasa penghuni Surga?
Apa masalahnya hafidz Qur’an? Bukankah diantara menjaga Al Qur’an adalah dengan menghafalkannya? Lantas, kenapa hafal Qur’an dituduh radikal?
Kenapa Masjid yang dipersoalkan? Kenapa tidak yg korupsi yang dituduh Radikal? Kenapa tidak DPR yg dituduh sarang radikal? Sebab, selama ini yg tertangkap korupsi banyak dari anggota DPR.
Kenapa Masjid yang dipersoalkan? Kenapa tidak partai politik yang dituduh Radikal? Sebab, banyak kasus kalah Pilkada kader partai bertindak radikal.
Kenapa Islam dan umatnya yang dituduh Radikal? Kenapa tidak kaum Hamaseks yg merusak moral bangsa? Kenapa tidak para penjajah yg menguras harta kekayaan negeri ini?
Sungguh, pernyataan Menag asal manGap, asal bunyi. Sebuah pernyataan yang mengkonfirmasi kebencian terhadap Islam & kaum muslimin.
Menteri yang diamnya masih lebih bermartabat ketimbang mulai berkata yang melukai Umat. Menag semacam ini, lebih baik tak perlu bicara mewakili urusan umat.