Oleh Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)
Istilah Revolusi Akhlaq tentunya mengingatkan kita pada sosok fenomenal yakni Habibana (HRS). Beliau
adalah tokoh yang menggaungkan Revolusi Akhlaq menuju Indonesia yang lebih baik.
Revolusi Akhlaq yang menitikberatkan kepada perubahan akhlaq manusia. Sedangkan akhlaq itu
sendiri terkait dengan sikap dan perilaku manusia. Artinya Revolusi Akhlaq membahas perubahan
akhlaq manusia dari yang tercela menuju akhlaq terpuji. Dari kedholiman menuju keadilan. Dari
kebohongan menuju kejujuran.
Mengenai upaya mengubah akhlaq manusia tersebut, Rasulullah Saw menegaskan tentang misinya
dalam sebuah hadits yang menyatakan berikut ini.
انما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق
Sesungguhnya tidaklah aku diutus melainkan guna menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Untuk lebih memahami maksud hadits tersebut, mari kita merenungkan kembali Firman Allah Swt
yang menyatakan:
وانك لعلى خلق عظيم
Sesungguhnya kau (Muhammad) sungguh-sungguh berada dalam akhlaq yang Agung (QS al-Qalam
ayat 5).
Al-Imam Ibnu Katsir menukil penjelasan dari Sahabat Abdullah Ibnu Abbas ra mengenai maksud frase
“khuluqin adziim”.
عن ابن عباس، اي وانك لعلى دين عظيم وهو الاسلام.
Maksudnya sesungguhnya kau (Muhammad) benar-benar di atas agama yang agung, yakni Islam.
Demikian pula penjelasan dari Mujahid, Abu Malik, As-Sadi, Rabi bin Anas, Adh-Dhahak dan Ibnu
Zaid.
Al-Imam al-Baghawi dalam tafsirnya juga menukil penjelasan dari Ibnu Abbas dan Mujahid sebagai
berikut.
دين عظيم لا دين احب اليّ ولا ارضى عندي منه، وهو دين الاسلام، وقال الحسن وهو آداب القرآن.
Maksudnya adalah agama yang Agung. Tidak ada satu agama apapun yang lebih Kucintai, dan tidak
pula ada agama yang lebih Aku ridhoi daripada Agama Islam. Al-Hasan berkata: maksudnya adalah
adab al-qur’an.
Jadi terbentuknya akhlaq yang mulia adalah dengan mempunyai adab al-qur’an. Sedangkan disebut
mempunyai adab al-Qur’an tatkala kita bisa mengamalkan isi dan ajaran-ajaran dari al-Qur’an.
Sayyidah Aisyah rah pernah ditanya mengenai akhlaq Rasulullah Saw. Beliau menjawab bahwa
akhlaq Rasul Saw itu adalah al-qur’an. Dengan kata lain, Rasul Saw adalah Al-Qur’an yang berjalan.
Seluruh isi kandungan al-qur’an sudah dijalankan oleh Rasul Saw dalam semua segi kehidupan.
Ajaran al-qur’an tentang kehidupan keluarga, kita bisa lihat Rasul Saw sebagai kepala keluarga.
Ajaran al-Qur’an tentang ekonomi, kita bisa lihat Rasul Saw sebagai seorang saudagar. Ajaran al-
qur’an tentang politik dan pemerintahan, kita bisa lihat Rasul Saw sebagai kepala negara. Dan masih
banyak ajaran al-qur’an yang tercermin dalam kehidupan Rasul Saw.
Revolusi Akhlaq sejatinya menyasar semua manusia dalam posisi apapun di semua bidang
kehidupan. Artinya dalam bidang politik, pemerintahan, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan,
pendidikan dan peradilan harus tercermin akhlaq yang mulia.
Pada kondisi sekarang hukum itu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Berkali-kali terjadi penistaan
Islam oleh mereka yang dekat dengan kekuasaan, berkali-kali dilaporkan dan berkali-kali juga tidak
ada bekasnya. Berbeda dengan para aktivis yang kritis, segera terjadi upaya mengkriminalisasi. Ini
adalah potret ketidakadilan. Oleh karena itu agar terbentuk akhlaq mulia dalam penyelenggaraan
negara yakni kejujuran dan keadilan, tentu tidak lain dengan menerapkan konsep Islam dalam
masalah kesetaraan di depan hukum. Rasul saw menyatakan bahwa hancurnya umat-umat
terdahulu karena di saat orang yang berkedudukan mencuri, hukum tidak diterapkan, bila orang
rendah yang mencuri maka ditegakkan hukum. Selanjutnya Rasul Saw menegaskan bahwa sekiranya
Fatimah binti Muhammad telah mencuri, sungguh beliau sendiri yang akan memotongnya.
Walhasil, revolusi akhlaq akan bisa berjalan sesuai tracknya, tentunya harus berlandaskan dengan
aqidah Islam. Fenomena 212 yang bermula di tahun 2016 memberikan gambaran sedemikian. Jutaan
orang bergerak, berkorban dan berkumpul untuk membela kemuliaan al-Qur’an. Di atas asas aqidah,
semua penghalang patah. Mereka ingin membuktikan keimanannya dengan membela al-qur’an.
Mereka menjadi orang-orang yang ikhlash, jujur, amanah, dan rela berkorban. Mereka menjadi
sosok-sosok yang memiliki akhlaq mulia.
Atas landasan aqidah Islam, umat Islam akan membuktikan keimanannya yang benar dengan tidak
mengambil aturan, ideologi, dan sistem hidup di luar Islam. Umat Islam akan menjadikan aqidah
Islam dan aturan hidup yang lahir dari Aqidah Islam sebagai pedoman dalam hidupnya. Dengan
demikian akan terbentuk masyarakat yang berakhlaq mulia, yakni masyarakat yang berhiaskan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.