Oleh Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)
Saat ini dunia Islam sedang bergejolak. Pernyataan Macron, Presiden Perancis telah membangkitkan
semangat keimanan kaum muslimin. Dengan pongahnya Macron menghina Islam dan Rasulullah
Saw.
Menyusul terbunuhnya Samuel Patey di tangan Abdullah Anzorof (18 tahun), Macron menyatakan
bahwa apa yang dilakukan Patey dengan menunjukkan gambar kartun Rasul Saw sebagai kebebasan
berpendapat. Ia menambahkan pula bahwa Islam itu agama teroris. Sementara Abdullah Anzorof
sendiri sudah dieksekusi oleh polisi Perancis usai membunuh Patey.
Macron lupa. Justru pernyataan hinaannya kepada Islam dan Rasul Saw hanya menjadi pemicu
bersatunya umat Islam seluruh dunia. Artinya Macron dan Perancis sedang bekerja menggali kubur
mereka sendiri. Kaum muslimin bergerak membela Rasulullah Muhammad Saw.
Gerakan memboikot Perancis menggema di negeri-negeri Arab. Gerai-gerai pun mengeluarkan
produk-produk Perancis dari etalase-etalase mereka. Di Indonesia desakan pembelaan untuk
Rasulullah Saw pun menggema. Di beberapa kota seperti Bandung, Solo dan lainnya, kaum muslimin
turun jalan.
Yang lebih menyakitkan adalah apa yang telah disampaikan Kedubes Perancis di Indonesia bahwa
mereka hanya memerangi radikalisme. Perancis menurutnya merangkul kaum muslimin di Perancis,
mengingat pertumbuhan jumlah kaum muslimin sedemikian pesat.
Sesungguhnya pernyataan Kedubes Perancis tersebut hanya memperparah keadaan. Bagaimana
mungkin seorang muslim tidak akan terusik ketika agamanya dan nabinya dilecehkan??! Setiap
muslim akan siap mengorbankan jiwa raganya untuk membela kemuliaan Rasulullah Saw. Bukankah
setiap muslim telah membaca hadits Rasul saw yang menyatakan:
لايؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya melebihi (kecintaannya)
pada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.
Tidak ada urusan kaum muslimin dengan latar belakang Immanuel Macron. Memang Macron pernah
aktif di Partai Sosialis dari 2006-2009. Dan melalui kendaraan partainya itu, ia maju ke bursa
pemilihan presiden di Perancis. Sekali lagi, bukan urusan kaum muslimin.Urusan kaum muslimin
adalah membela kemuliaan agama dan Rasulnya. Aksi penghinaan kepada Islam dan kaum muslimin
hanya membangunkan macan yang tidur.
Betapa tidak. Penghinaan Macron kepada Islam dan Rasulullah Saw bertepatan dengan Bulan Rabiul
Awal 1442 H. Rabiul Awal adalah bulan istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya, telah dilahirkan
manusia istimewa nan agung pembawa Risalah Islam yang sempurna. Beliau adalah Rasulullah
Muhammad Saw. Tepatnya beliau Saw dilahirkan pada 12 Rabiul Awwal. Membuncahlah kerinduan
dan kecintaan umat kepada nabi dan rasulnya yang mulia, Muhammad Saw. Kaum muslimin akan
terus bergerak setelah ini hingga tidak ada lagi yang berani melakukan penghinaan terhadap Islam
dan Nabi Saw, bahkan untuk berpikir melakukan penghinaan pun tidak ada nyali. Ya, saat itu kaum
muslimin berada dalam kesatuan Khilafah.
Kaum muslimin memang tidak boleh berhenti di monumen 12 Rabiul Awwal pada tangga ihtifal
Maulid Nabi. Sesungguhnya di monumen 12 Rabiul Awwal, kaum muslimin harus menapaki 2 tangga
berikutnya. Kedua tangga yang akan mengantarkannya menuju kebangkitannya.
Pada tanggal 12 Rabiul Awwal terdapat 3 peristiwa penting. Kelahiran Nabi Saw, masuknya Nabi saw
ke Madinah saat hijrah, dan wafatnya beliau Saw. Perhatikanlah dengan seksama! Setiap peristiwa
penting dalam Islam mengandung ibrah berharga.
Lahirnya Nabi Muhammad Saw sebagai tanda lahirnya Islam sebagai ideologi dunia. Masuknya Nabi
saw ke Madinah sebagai penanda tegaknya negara yang menerapkan Islam secara paripurna di
bawah kepemimpinan Rasul Saw. Dan wafatnya beliau Saw sebagai penanda tegaknya institusi
Khilafah. Sahabat Abu Bakar ra dinobatkan sebagai kholifah Rasul saw. Beliau menggantikan Rasul
Saw dalam mengatur berbagai urusan rakyatnya dengan Islam. Sistem pemerintahan Nabi saw harus
terus berlanjut. Dengan demikian Khilafah bisa dipahami sebagai sistem pemerintahan yang
diwariskan Nabi Saw.
Sistem Khilafah ini terus berlangsung hingga sekitar 13 abad. Dari masa Khulafaur Rasyidin, Umawiy,
Abbasyi, hingga Utsmaniyah. Saat ini kaum muslimin berada dalam kehidupan berasaskan
sekulerisme. Perisai itu telah pergi. Khilafah telah meninggalkan mereka. Kaum muslimin hidup
dalam berbagai keterpurukan. Hanya untuk membela agamanya saja mereka tidak berdaya.
Saat ini kaum muslimin hanya bisa mengecam. Kaum muslimin hanya bisa melakukan pembelaan
terhadap agamanya dengan turun jalan. Aksi-aksi individual sebagaimana yang dilakukan Abdullah
Anzorof hanya berujung dengan kesyahidannya. Dan penghinaan terhadap Islam terus saja terjadi.
Atas nama kebebasan mereka terus menistakan Islam. Demokrasi hanyalah alat penjajahan guna
menghadang laju kebangkitan Islam.
Oleh karena itu di momen yang mulia 12 Rabiul Awwal, kaum muslimin tidak boleh berhenti di
dalam monumen seremonial Maulid Nabi Saw. Bukankah Allah Swt menegaskan dalam ayat-Nya
berikut ini.
قل ان كنتم تحبون اللّه فاتبعوني يحببكم اللّه ويغفرلكم ذنوبكم … الخ
Artinya: Katakanlah wahai Muhammad: Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah
akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian (QS Ali Imron 31).
Jadi Cinta kepada Allah adalah dengan mencintai dan mengikuti Nabi Saw. Sedangkan cinta kepada
Nabi saw memiliki konsekwensi mencintai dan melaksanakan Syariat Islam. Sedangkan pelaksanaan
Syariat Islam tidak akan sempurna tanpa memperjuangkan tegaknya Khilafah.
Kaum muslimin harus terus bergerak hingga mereka mampu membaiat seorang Kholifah. Seorang
Kholifah yang akan memaklumkan jihad kepada bangsa dan negara yang melakukan penistaan
kepada Islam.