Senin, Januari 18, 2021
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • HEADLINE
  • ISLAM
    • AL-QUR’AN
    • FIQIH
    • DO’A
    • HADITS
    • HUKUM ISLAM
    • AYAT
    • AKHLAQ
  • POLITIK
  • BERITA
    • BERITA NASIONAL
    • BERITA INTERNASIONAL
  • SHOLAWAT
  • OPINI
  • ARTIKEL
    • CATATAN
    • MUTIARA HIKMAH
  • PENDIDIKAN
  • SYIIR
  • BIODATA
  • SOSIAL MEDIA
  • GADGET
  • CEK FAKTA
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home ISLAM HUKUM ISLAM

Hukuman Bagi Penghina Nabi Muhammad SAW, Penjelasan Rinci Menurut Islam

by beritaislam.org
4 November 2020
in HUKUM ISLAM
5 min read
0
Share on Facebook

SOK PEMAAF! Sok Bijak! What?!

Sependek yang saya ketahui, berkaitan dengan tindakan menghina, melecehkan, atau merendahkan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم ulama telah sepakat bahwa hal itu termasuk kejahatan yang paling besar.

Allah سبحانه وتعالى telah menegaskan:

( إن الذين يؤذون الله #ورسوله لعنهم الله في الدنيا والآخرة وأعد لهم عذابا مهيناً ) ،
( ولئن سألتهم ليقولن إنما كنا نخوض ونلعب قل أبالله وآياته #ورسوله كنتم تستهزئون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم إن نعف عن طائفة منكم نعذب طائفة بأنهم كانوا مجرمين)

Dalam kaitannya dengan hal itu:

  1. Jika sebelumnya pelaku adalah seorang Muslim, maka dia MURTAD.

Di dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah (40/61) disebutkan:
وحكم سابِّه صلى الله عليه وسلم أنه مرتد بلا خلاف” انتهى .
“Hukumnya orang yang mecela/mencaci Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم adalah murtad, tanpa ada perselisihan pendapat di kalangan ulama”.

  1. Dan hukuman bagi murtad adalah dibunuh.

Imam Ibn al-Mundzir mengatakan:

“أجمع عامة أهل العلم على أنَّ مَن سبَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم عليه القتل” انتهى .
“Seluruh ahli ilmu sepakat bahwa orang yang mencaci Nabi صلى الله عليه وآله وسلم wajib dihukum mati”. (Al-Qurthubi, 8/82)

Al-Khatthabi mengatakan:
لا أعلم أحداً مِن المسلمين اختلف في وجوب قتله” انتهى .

“Aku tidak tahu ada seorang ulama yang berbeda pendapat tentang wajibnya hukuman mati baginya”. (Ma’alim as-Sunan, 3/295)

  1. Jika dia bertaubat dengan sungguh², ama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat tidak ada taubat baginya. Sebagian berpendapat insyaAllah diterima oleh Allah. Namun, hal itu tidak dapat menghindarkan dirinya dari hukuman mati.
  2. Dalam kaitannya pendapat kedua, hal itu karena berkaitan dengan dua perkara. Pertama, perkara syar’iy; yaitu keberadaan beliau sebagai Rasul dan Nabi Allah. Pelanggaran terhadap hak ini (hak Allah) tentu dapat ditaubati. Kedua, perkara personal Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم ,maka hal ini berkaitan dengan hak adami. Hak adami tidak bisa gugur dengan taubat. Hanya bisa gugur dengan dimaafkan oleh pemilik hak. Sementara Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah tiada di tengah² kita, sehingga tidak ada yang tahu apakah beliau memaafkan.
  3. Bukankah dari siroh Nabi صلى الله عليه وآله وسلم kita tahu bahwa beliau sangat pemaaf?! Benar, beliau pemaaf. Namun hal ini tidak lantas boleh bagi kita untuk mengambil kesimpulan memaafkan pelaku pelecehan terhadap beliau. Ada dua alasan. Pertama: Dalam beberapa riwayat yang muhtajj biha disampaikan bahwa Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tidak memaafkan orang melecehkan beliau. Darah orang tersebut dinyatakan muhdar (tak lagi dilindungi). Kedua: hal ini merupakan hak beliau, dan tak seorang pun berhak untuk menggugurkan hak tersebut kecuali beliau sendiri.
  4. Jika pelakunya kafir dzimmi, sebagian ulama, seperti Imam Syafi’i, berpendapat: halal darahnya dan batal perjanjian dzimmahnya. Hal ini berdasar haditshadits:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ يَهُودِيَّةً كَانَتْ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقَعُ فِيهِ ، فَخَنَقَهَا رَجُلٌ حَتَّى مَاتَتْ ، فَأَبْطَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمَهَا
“Ali bin Abi Thalib menuturkan bahawa ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan menghina Nabi SAW. Oleh kerana perbuatannya itu, perempuan tersebut telah dicekik sampai mati oleh seorang lelaki. Ternyata Rasulullah SAW menghalalkan darahnya.”
(HR Abu Daud, no 4362)

  1. Jika pelakunya kafir harbi -yang hidup di Darul Harbi – tentu topiknya sudah lain; tidak lagi soal hukuman yang dijatuhkan oleh negara. Tanpa menghina Rasul sekalipun, kafir Harbi halal darahnya. Jadi topik bahasannya sudah lain; yaitu kewajiban jihad memerangi kaum Kafir yang telah merendahkan martabat Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم.
  2. Menurut saya, sangat naif jika hal ini terjadi, kemudian seorang Muslim ataubahkan ulama, bermanis muka kepada si kafir penghina Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم , dengan alasan andai beliau masih hidup niscaya beliau akan memaafkan.
  3. Benar, sangat mungkin beliau akan memaafkan dan sangat menginginkan yang bersangkutan mendapat hidayah dari Allah, sebagaimana ghalibnya sikap beliau صلى الله عليه وآله وسلم. Tapi itu kan beliau, apakah ada dari kita yang berhak mewakili beliau?!!
  4. Apalagi, jika pelakunya bukan orang yang tidak tahu tentang Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan Islam yang dibawa oleh beliau. Sekelas Macron tentu bukan orang tidak tahu tentang siapa sebenarnya Rasulullah dan seperti apa sebenarnya Islam itu. Perancis sendiri merupakan negara yang banyak melakukan penelitian tentang Islam. Jadi ini soal busuknya hati dan kebencian terhadap Rasulullah dan Islam, bukan soal tidak mengenal beliau dan Islam.
  5. Imam al-Qurthubi saat menjelaskan ayat:

وَلَتَسْمَعُنَّ مِنْ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَاب مِنْ قَبْلكُمْ وَمِنْ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْم الْأُمُور

Beliau mengatakan:

قيل : هذا أن قبل نزول القتال، وندب الله عباده إلى الصبر والتقوى وأخبر أنه من عزم الأمور. وكذا في البخاري في سياق الحديث، إن ذلك كان قبل نزول القتال. والأظهر أنه ليس بمنسوخ؛ فإن الجدال بالأحسن والمداراة أبدا مندوب إليها، وكان عليه السلام مع الأمر بالقتال يوادع اليهود ويداريهم، ويصفح عن المنافقين،
Dikatakan: Ayat di atas turun sebelum turunnya ayat perang. Allah perintahkan hamba²Nya agar bersabar dan bertakwa, dan Allah menjelaskan bahwa itu merupakan termasuk perkara yang berat. Di dalam Shahih al-Bukhari juga demikian; konteks haditsnya menunjukkan sebelum turunnya ayat perang. Namun yang lebih nampak ayat ini tidak mansukh. Jadi debat dengan cara yang baik dan bersikap diplomatis tetaplah perkara yang dianjurkan selamanya. Nabi صلى الله عليه وآله وسلم disaat beliau memerintahkan untuk perang, beliau juga tetap mengadakan perjanjian damai dengan Yahudi dan berdiplomasi dengan mereka serta memaafkan orang-orang Munafik.

  1. Dari penjelasan al-Qurthubi di atas, kita dapat mengambil sikap yang bijak. Sikap yang tidak menghinakan Islam dan kaum Muslim, dengan memerangi musuh Islam, namun juga tetap memberikan porsi memaafkan dan mengadakan perjanjian damai. Namun, soal memaafkan seorang Muslim yang menghina Nabi jelas tidak ada yg berhak kecuali beliau. Dan sikap sok pemaaf, lalu bergandeng tangan dan cipika cipiki dengan penghina Rasulullah dari kalangan tokoh-tokoh Barat, di saat posisi kaum Muslim seperti sekarang ini, jelas menyakiti hati kaum Muslim dan merendahkan harga diri Islam dan kaum Muslim.
  2. Pada dasarnya, memaafkan di saat kita mampu/qudrah /berkuasa adalah tindakan mulia. Namun, di saat kita, agama kita, Nabi kita, dihina dan kita memang tak berdaya membela hak Islam dan Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, kemudian kita tak bereaksi dengan dalih meneladani Nabi yang pemaaf , merupakan sikap sok bijak dan sok pemaaf!! Hal ini terbukti di saat organisasi kita atau tokoh kita dihina, nyatanya sumbu kita tak lagi pendek, tapi telah hilang!! Naif sekali.
  3. Jika Habib Umar menyatakan peristiwa² akhir² ini terjadi karena kaum Muslim meninggalkan Sunnah Nabi, disamping memang karena pintunya telah dibuka oleh sebagian tokoh Islam sendiri (tokoh Islam yang suka glibat glibet dengan orang-orang Barat yang nota bene kafir dan memusuhi Islam)…. sehingga kaum Kafir tak merasa ada beban memecahkan Nabi…… Maka, kita melihat itu benar adanya. Dan Sunnah yang paling besar, yang ditinggalkan oleh kaum Muslim, di antaranya adalah Sunnah Nabi صلى الله عليه وآله وسلم dalam pemerintahan dan kekuasaan (Khilafah), sehingga fungsi pemimpin –sebagaimana dikatakan al-Mawardi –:
    الإمامة موضوعة لخلافة النبوة في حراسة الدين وسياسة الدنيا (به)
    “Kepemimpinan diwujudkan dalam rangka mengganti tugas kenabian dalam MENJAGA agama dan mengatur dunia (dengan hukum agama) “

—tidak pernah ada.

  1. Jadi kita butuh kecintaan kepada Nabi dengan cinta yang tulus –ini tidak mudah — dan mengamalkan Sunnah beliau, termasuk Khilafah ‘ala mingajin Nubuwwah , yang akan menerapkan syariat beliau, menjaga agama beliau, mendakwahkan ajaran beliau, dan melindungi nama baik beliau, serta melindungi segenap kaum Muslim.
  2. Tidakkah ada seorang yang mengambil pelajaran bahwa Selemah-lemahnya Daulah Utsmaniyah, ia tetap menggetarkan Perancis saat mereka bermaksud merendahkan martabat Nabi صلى الله عليه وآله وسلم ???!! Sebaliknya, sekuat-kuatnya penguasa di negeri Islam saat ini, tak satupun yang membuat Perancis takut!!!!

Wallahu a’lam.

Tags: Apa Hukuman Bagi Penghina Nabi Menurut Islam?Hadist Hukuman Mati penghina NabiHadist Penghina Nabi Harus DibunuhHadist tengtang Hukum Mati Bagi Penghina NabiHadist tentang Hukuman Bagi Penghina NabiHaditsHukum Mati Penghina NabiHukuman Bagi penghina NabiHukuman Bagi Penghina Nabi Dalam IslamHukuman Bagi Penghina Nabi Jika MuslimHukuman Bagi Penghina Nabi Jika Orang KafirHukuman Bagi Penghina RasulullahPenghina Nabi Harus Dibunuh
Share92Tweet58SendPin22ShareShare16Share

Berita Menarik Lainnya

No Content Available

BERITAISLAM.ORG

Follow us

  • Beranda
  • About
  • Disclaimer
  • Term Of Service
  • Contact

© 2020 Berita Islam

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BERITA NASIONAL
  • BERITA INTERNASIONAL
  • OPINI
  • SHOLAWAT
  • ISLAM
  • TOKOH
  • INFO PENTING
  • LIRIK
  • HADITS
  • INSPIRASI
  • TSAQOFAH
  • DO’A
  • SIRAH
  • BISNIS
  • KESEHATAN
  • CEK FAKTA

© 2020 Berita Islam